Rabu, 20 Maret 2024

Den Tak Nak Balek!!

 “Den tak nak balek!” pekikmu sembari menggebrak meja tanpa tahu bahwa seseorang di depanmu tercekat tanpa bisa berkata apa-apa.

Mukamu terlihat memerah dan jelas sudut rahangmu menegang. Tanganmu mencengkeram kuat-kuat hingga perih menusuk kaurasa di telapak. Tanganmu beralih cepat mengusap wajah dengan kasar, lalu kaulepas tanjak karena terasa sesak. Namun, itu jelas tak mengurangi beban yang kau sembunyikan selama ini.

Langkahmu lebar-lebar menuju sebuah batu besar di ujung dermaga. Kicau burung yang berlalu lalang tak jauh di atas kepalamu terdengar seperti nyanyian yang menggelisahkan. Satu dekade lebih kau pergi merantau ke kota, selama itu pula kau tak pernah menginjakkan kaki di rumah, di kampung halamanmu.

Seseorang di sisimu berulang kali mengatakan, “Pulanglah sejenak, jenguklah ibu. Ia pasti merindukanmu.” Meski dengan lembut, tetap tak mampu membuatmu beranjak.

Kau sebenarnya tahu bahwa yang ia katakan benar. Kau juga menyadari bahwa di sudut hatimu ada sesuatu misterius yang kosong. Sesuatu yang tak pernah kaubayangkan akan membawa hidupmu dalam kehancuran.

Segala cara kaucoba untuk menemukan kunci penutup lubang kelam itu, tetapi tak satu pun berhasil melengkapinya. Kauterus berusaha menampik kegelisahan yang menyeruak ketika hari mulai petang, tetap saja semua berakhir sia-sia. Semua upaya sudah kaulakukan dan takkunjung menemukan jawaban. Meski demikian, tetap saja kau selalu menyangkal bahwa sejatinya itu adalah rindu ibu.


(Cerita ini terinspirasi dari legenda Si Lancang dari Kampar)

0 ComMenT: