Rabu, 03 September 2008

rokok

Rokok.. menjadi dilemma dalam hidup. Kesepian, ketegangan, menjadi alasan untuk tak dapat melepasnya. Satu tarikan memiliki kenikmatan tersendiri bagi para pengguna rokok. Ketika membuka mata, sembari menyusun jadwal kegiatan sehari-hari, rokok menjadi salah satu pilihan untuk menemani. Ketika mengerjakan sesuatu yang membutuhkan konsentrasi tinggi dan memakan waktu, rokok menjadi satu pelampiasan untuk menyusun konsentrasi dan sebagai teman berpikir.
Rokok.. ketika seseorang melangkahkan kaki, seakan-akan ia memanggil dan memberi janji akan setia mendampingi dan memberikan kebahagiaan.
Rokok.. sebagian orang berpikir itu adalah salah satu alat ukur kedewasaan,
Rokok.. ketika seseorang berpikir untuk melepasnya, rasa keinginan itu begitu kuat melekat seakan menghantui untuk bersama.
Rokok.. benar-benar menjadi dilemma dalam kehidupan.
Akankah pemikiran seseorang berubah dalam menilai sebatang bahkan sebungkus rokok?
Ketika seseorang melihat iklan rokok, atau mungkin telah melangkah untuk membeli rokok, seharusnya mereka melihat peringatan pemerintah di balik kemasan nya.
Rokok.. memiliki suatu kenikmatan. Memang benar. Tak ka nada orang yang menyangkal kebenaran itu ketika orang tersebut telah terpikat kenikmatan rokok. Rasa tenang, lepas dari kesendirian.. Ya.. hal tersebut tak lagi diragukan bagi para pecinta rokok. Akan tetapi, benarkah itu semua tak membawa pengaruh yang lain?
Ketegangan yang hilang akibat merokok, hanya berdampak sementara. Kesepian yang terlepas dari menjadikan rokok teman, takkan bertahan lama. Ketegangan dan kesepian akan kembali datang saat asap terakhir membumbung di udara. Sebagai gantinya, seseorang akan berbalik tegang dan kesepian demi menantikan lintingan demi lintingan yang berikutnya. Satu persatu lintingan habis, berganti menjadi sebungkus.. dua bungkus.. dan hal itu akan berhenti hingga seseorang memiliki pandangan berbeda mengenai rokok. Entah itu hari ini.. entah itu minggu depan, bulan depan.. atau tahun depan.
Jika dalam sehari seseorang menghabiskan hanya sebatang rokok, yang hanya memiliki harga Rp.500, dalam satu minggu seseorang akan menarik koceknya sebesar Rp.3500. Satu tahun kemudian, yang berkisar 365 hari, dalam tahun kabisat, Rp.182.500 akan terkuras dari kantongnya. Selain itu, zat-zat kimia yang terkandung dalam rokok akan terus menggerogoti bagian dalam tubuhnya. Pada awalnya rokok mengandung 8 – 20 mg nikotin dan setelah di bakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25 persen. Walau demikian jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia.
Akankah pemikiran seseorang berubah dalam menilai sebatang bahkan sebungkus rokok?