Rabu, 09 Januari 2019

Mendongeng itu Sulit

Tahukah Ayah Bunda bahwa mendongeng itu sulit?
Ya, ketika Ayah Bunda mendongeng, akan sulit dilupakan anak-anak.
Bahkan, dongeng apa yang disajikan akan selamanya dikenang.

Untuk itu, bagaimana penyajian dongeng juga menjadi penting.
Tapi kali ini kita akan membahas mengenai dongeng yang baik, sehingga semakin sulit dilupakan anak-anak.
Sebenarnya apa sih dongeng dan mendongeng itu?

Nah, secara umum dongeng diartikan sebagai cerita khayalan.
Berarti, mendongeng adalah aktivitas menyampaikan cerita khayalan.

Kita harus tanamkan bahwa ketika mendongeng, akan sulit dilupakan anak-anak.
Jadi, selalu sajikan dongeng yang baik. Tidak perlu jauh berpikir mengenai teknik mendongeng, karena jika itu menjadi patokan, Ayah Bunda akan merasa gamang untuk mendongeng.

Bagi anak, apa yang Ayah Bunda dongengkan itu sangat penting, karena akan terus diingat hingga mereka dewasa.
Untuk itu, perlu dipahami beberapa syarat dongeng yang baik untuk anak.

1. Mengandung kosakata yang positif
 
Hindarkan penggunaan kata-kata yang bermakna kasar, negatif, dan tanpa sadar menanamkan imajinasi buruk bagi anak.

Misal:
Di hutan cuitcuit, ada seekor anak monyet yang sangat rakus. Setiap hari, dia selalu meminta makanan dari penduduk hutan. Jika tidak diberi, monyet akan marah dan memukuli mereka. Dan seterusnya.

Dari sepenggal dongeng di atas, ada beberapa kata yang bermuatan negatif.
Untuk menanggulanginya, gunakan kata ganti yang tidak mengubah makna dongeng.

Di hutan cuitcuit, ada seekor kera yang sangat suka makan. Setiap hari, si monyet akan berusaha mendapatkan makanan sebanyak-banyaknya dengan meminta kepada penduduk hutan. Jika tidak dituruti, dia akan sedih, dan juga marah. "Aku harus dapat makanan," ujarnya sambil merengut dan berpikir, ke mana ia akan pergi untuk mendapatkan makanan. Dan seterusnya.

2. Sarat muatan moral dan membangun karakter.
 
Jika kita sekadar bercerita tanpa menyisipkan pesan moral dan karakter, percuma.

Lantas ada pertanyaan, "Memangnya ada ya, cerita tanpa pesan moral?"
Jawabannya, "Ada."

Misal kita bercerita tentang seorang anak yang tidak suka belajar, tetapi ketika ulangan mendapat nilai baik, karena guru salah memeriksa atau keberuntungan, tetapi ke depannya anak itu tidak menjadi rajin, bahkan tetap mengandalkan 'semoga beruntung'. Itu dongeng sia-sia, karena tidak ada pelajaran yang bisa diambil melalui penyampaiannya.

3. Sesuai tahapan usia anak.
 
a. Usia Paud - kelas tiga SD
Gunakan fabel (tokoh binatang) atau benda-benda mati lainnya, seperti daun, sampah, bunga, awan, matahari, dan lain-lain.

b. Usia SD
Mereka sudah bisa menerima dongeng dengan tokoh anak seusia mereka.

Misal: Ani, usianya tujuh tahun, sekolah di SD anu. Di sekolah, Ani salah satu anak yang tidak suka pelajaran matematika, dan seterusnya.

c. Usia SMP
Pada usia ini, umumnya, anak suka berpetualang. Mereka sangat senang mendengar kisah heroik dengan bumbu romansa.

Misal: cerita rakyat, tokoh-tokoh super, dan lain-lain. Di sini cerita thanos yang menyelamatkan bumi dari penjajahan kebodohan dan kemiskinan bisa disampaikan.

d. Selebihnya, kita bisa mendongengkan kisah-kisah inspiratif dan penuh motivasi.

Baiklah, Ayah Bunda, semoga sekelumit tulisan tentang mendongeng itu sulit bisa bermanfaat bagi kita.
Sudahkah Ayah Bunda mendongeng, hari ini?