Jumat, 26 Agustus 2011

HaRakiRi

Harakiri adalah bunuh diri yang dilakukan oleh para kesatria Jepang, harakiri dilakukan karena merasa malu telah gagal dalam melaksanakan tugas atau tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Memang bangsa Jepang sangat menghargai ‘budaya’ harakiri ini, sehingga orang yang melakukan harakiri kematiannya pun tidak dianggap hina dan nista, tetapi dipandang sebagai kesatria sejati yang rela menghabisi nyawanya demi eksistensinya sebagai kesatria. Namun, harakiri yang dikenal di Jepang, kini telah terjadi di seluruh dunia, termasuk juga di Indonesia, tetapi sayang esensi harakiri ala Indonesia berbeda dengan esensi harakiri yang dipahami oleh orang Jepang.

Indonesia sebagai negara yang terkenal dengan sikap ketuhanannya, agamais, dan dengan demikian menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan. Namun dalam kenyataan seperti itu, angka bunuh diri yang terjadi di Indonesia termasuk dalam kategori mengkwatirkan. Pelakunya pun beragam, mulai yang dilakukan oleh orang tua, dewasa, remaja, anak-anak, kaya, miskin, berpendidikan, dan sebagainya.

Fenomena bunuh diri yang terjadi di Indonesia, khususnya yang dilakukan oleh remaja atau pelajar, memunculkan keprihatinan bagi penulis dan mungkin juga bagi setiap orang yang perduli dengan remaja. Bertitik tolak dari keprihatinan tersebut, maka penulis memilih fenomena ini untuk diteliti. Sebagai seorang mahasiswa Kristen penulis berkeinginan untuk memberikan sumbangsih terhadap usaha pencegahan bunuh diri di kalangan pelajar, melalui pendekatan pendidikan.

Dalam penelitian tersebut, penulis menemukan beberapa faktor yang penyebab terjadinya bunuh diri di kalangan pelajar. Pertama, psikologis, kedua, sosiologis, ketiga, genetik, keempat, pendidikan yang berorientasi pada pencapaian nilai (kuantitas) bukan bukan pada pengembangan peserta didik secara holistik (kualitas).