Disc: Drama ini diambil dari kisah Menara Babel yang divariasikan dengan cerita mengenai siapa yang terpenting.
Cerita ini bisa digunakan untuk menyadarkan kita mengenai pentingnya kembali kepada kasih mula-mula, kembali kepada tujuan awal. Mengingatkan kita akan pentingnya kebersamaan dan kesatuan hati dalam memberi, bukan sekadar besar kecilnya pemberian.
Sepuluh orang
sahabat sedang mengadakan reuni setelah 15 tahun lulus dari SMA yang sama. Masing-masing mereka menekuni bidang usaha yang berbeda-beda.
> Lea: Istri bos pemilik perusahaan eksport import
> Andre: Juragan tanah, hasil warisan dari kedua orang tuanya
> Rena: Pemilik usaha katering Rena's Kitchen
> Jay: Kontraktor ternama di kotanya.
> Danu: seorang laki-laki yang agak kurang
dalam segala keilmuan. Semasa sekolah, sering tidak naik kelas dan akhirnya
harus tamat / tidak lulus di masa SMA. Dikarenakan keterbatasan biaya, Danu
tidak meneruskan pendidikan jalur lain. Dia tekun membantu orangtuanya mencari
nafkah.
Suatu
ketika dalam acara reuni, mereka bersepakat akan membuat suatu gedung yang
megah yang akan dihadiahkan kepada sekolah SMA mereka, SMA Bravo yang kini
sangat populer di kota Kina.
Mulailah
perbincangan mereka di sebuah cafe.
Lea: "Iya.
Jadi gitu, Temans. Saya sangat prihatin dengan keadaan sekolah kita. Gedung
memang sudah bagus, tetapi belum punya tempat khusus untuk kegiatan
rohani. Kalau kita bisa membangun sebuah gedung untuk SMA Bravo yang kita hadiahkan
tepat di usianya yang ke-50, saya rasa pihak sekolah akan senang dan pasti kita akan menjadi sangat
terkenal."
Andre:
"Wah, setuju. Ide keren, tuh. Lu makin pinter aja, Le. Kebetulan gua
ada lahan seluas tiga hektar dan jaraknya nggak terlalu jauh dari Sekolah
Bravo."
Lea: "Bagus itu. Tanah tiga hektar, dan nggak terlalu jauh dengan sekolah. Cocok
banget. Gimana, temans? (melihat Rena, Jay, dan Danu bergantian) Eh, tunggu.
Sepertinya tanah itu sudah ada bangunannya 'kan, Ndre?"
Andre:
"Nah, itu dia. Lahan gua itu sekarang sudah ada beberapa ruko dan bagian
belakang akan dibuat kompleks cluster. Tapi gua lebih setuju kalo itu kita pakai
untuk membangun gedung untuk SMA Bravo. Gimana?
Rena:
"Wah, saya kurang setuju tuh. Bangunan ruko kurang cocok, kalau ide kita
memberikan gedung untuk sarana ibadah sekolah Bravo, yang notabene tu sekolah
dari TK sampai SMA, lho. Nggak cocok,
donk."
Lea:
"Nggak cocok gimana??"
Jay: "Rena
ada benarnya tuh. Bentuknya kurang cocoklah kalau ruko. Kecuali Andre bener-bener mau merombak desainnya, aku bisalah untuk mendesain gedung yang akan kita hadiahkan ke
SMA Bravo. Gimana, Ndre?"
Andre:
"It's oke. Nggak masalah. Silakan atur aja."
Rena:
"Nah, kalau dah begini saya setuju nih. Jadi, gimana praktisnya untuk kita
mulai membuat gedung itu?"
Lea:
"Praktisnya, sekarang kita tentukan dan kita data apa saja yang dibutuhkan
untuk membangun sebuah gedung."
Jay: "Yang
pasti lahan. Sudah fix ya."
Lea: "Lahan. Fix."
Jay:
"Desain gedung. Ini fix dari gua."
Lea:
"Desain, Fix"
Jay:
"Pemborong untuk ngerjainnya, jangan ketinggalan."
Lea: "Wah,
siapa yang bisa kita andalkan untuk ini?"
Rena:
"Sepertinya Danu, teman kita, dia bisa, Le. Sejak tamat SMA dia ikut usaha
orang tuanya yang bekerja sebagai buruh bangunan."
Jay: "Ah,
iya. Benar itu. Tapi sekarang dia sudah jauh lebih sukses, lho. Dia sudah punya
anggota sendiri. Tunggu kutelepon dia." (mengambil HP di saku)
Datang Danu dari
belakang
Danu:
"Maaf, teman. Saya terlambat. Sudah sampai mana pembahasannya?"
Jay: "Baru
aja mau kutelepon kau. Jadi gini, Dan. Kita mau menghadiahkan gedung untuk SMA
kita. Lahan dari Andre, aku buat desainnya, Nah, kita berharap kamu bisa atur
pengerjaannya di lapangan."
Danu:
"Wah, dengan senang hati."
Lea:
"Baiklah. Pemborong, Fix. Apalagi yang kita butuhkan?"
Rena:
"Dana... Dana... Kita kuga pasti butuh dana donk untuk ngerjain ini
semua?"
Lea: "Nah,
itu urusan saya. Saya bisa bantu mencari sponsor dan termasuk saya sendiri akan
jadi sponsornya."
Andre:
"Lahan dari gua nggak usah dimasukkan kebutuhan dana ya. Free."
Jay:
"Haiz.. Mantap. Desain dari aku
juga cuma-cuma, deh. Untuk kualitas nggak usah diragukan."
Lea:
"Baiklah. Jadi, dana sementara ini kita butuhkan hanya untuk di
pengerjaannnya ya."
Danu:
"Em... Gini, teman-teman. Untuk upah pengerjanya, sukarela aja. Itu untuk
anggota saya.
Lea: "Sip.
Sudah dicatat."
Andre: "Berarti
semua sudah beres, ya? Nah, gua mau
cabut dulu. Kalo masih pada mau ngopi-ngopi, silahkan saja. Nanti Rena yang urus.
Hahaha..."
Rena: (melempar
sesuatu pada Andre)
Lea: "Ya.
Tengkyu ya, Ndre. Semoga kamu semakin diberkati. Hahaha..."
Andre: "O,
ya. Seminggu lagi kita ketemu, semua sudah clear ya. Jadi tinggal kita eksekusi."
Lea: "Siap."
(disusul sahutan
Rena Jay dan Danu)
Narasi ttg
seminggu kemudian
Andre: "Guys,
lahan gua sudah ready, tuh. Siap dikerjakan."
Jay: "Sip,
pak bro. Ini rancangan gedung yang akan kita garap. Untuk luas lahan tiga
hektar, .......(spesifikasi)..... *sesuai gambar dari gugel)
Lea: "Wah,
gagah banget gedungnya. Keren. Saya suka..saya suka."
Rena: "Semoga
rencana baik kita ini terselesaikan dengan baik sampai akhir ya, Temans."
Danu: "Wah,
luar biasa. Saya dan anggota siap aja dah. Kapan waktunya, kita eksekusi. Hajar!!"
Rena:
"Eits. Tunggu dulu. Ini rancangan memang sudah beres. Masalah dana belum
kita bahas. Bahan-bahan harus kita siapkan lho."
Lea: "Kamu
bener, Ren. Mengenai dana untuk bahan-bahan bangunan, bisa diminta langsung ke
TBNH. Toko Bangunan Nya Husband. (jeda. Tertawa)
Suami saya sudah
setuju dengan ide ini. Jadi, kami yang menjadi sponsor bahan bangunan.
(Semua teriak +
ketawa)
Rena: "Bagus
kalau begitu. Berarti sudah tidak ada yang kita kuatirkan lagi. Danu, segera
hitung berapa banyak yang diperlukan dan sudah bisa mulai kita kerjakan."
Danu:
"Beres. Siap."
(tos lagi)
Narasi ttg
kesibukan pengerjaan (tanpa dialog. Hanya narasi) seminggu.. Dua minggu, tiga
minggu, semuanya berjalan lancar sampai masuk minggu keempat.
Lea: "Ndre,
apa tujuan kamu bilang ke orang-orang kalau bantuan tanahmu itu melebihi
bantuan biaya bangunan?" (melabrak Andre)
Andre: "Eh,
lu kenapa sih. Cuaca panas, datang marah-marah."
Lea:
"Gimana saya nggak marah? Coba kamu hitung berapa harga tanah sumbanganmu?
Hitung juga semua detail bahan yang dipakai. Mana lebih besar duitnya??"
Jay: "Hey!!
Nggak usah kalian ribut tentang duit!! Coba lihat bentuk bangunannya! Ideku jelas
paling berbobot dan bernilai!!!!
Rena:
"Heh! Mana lebih berbobot idemu atau... (menunjuk botol minuman yg
dipegang Jay) tuh!!!!
Hitung berapa
biaya makanan minuman kalian selama ini?? Apalagi sekarang
cuaca panas. Panas panas koq mancing emosi!!"
Lea: "Eh,
Ren. Jadi kamu mulai ajak hitung-hitungan?"
Berapa lah biaya
makanan minuman yang kamu sediakan dan bayarkan untuk kami dibanding biaya bahan-bahan
ini semua??!!!
Andre:
"Hoi! Lu bahas itu lagi, Le? Nggak ada apa-apanya dibanding harga lahan
gua. Tiga hektar, Brooo!!!"
Jay: "Uang..uang..uang
yang kalian bahas! Ini memang kertas, tapi bukan kertas biasa. Di dalamnya ada ide! Hasil
aku lembur setiap malam demi menyelesaikan desain yang kalian minta!"
Danu:
"Stop!! Stop!! Kalian terlalu banyak mulut! Uang kalian, ide kalian nggk
akan bisa menggantikan mereka yang bekerja! Panas-panas
mereka tetep mau bekerja. Kalian malah ribut uangku.. Tanahku.. Ideku..
Berisik!!"
(semua ribut. Di
sini musik mulai mengentak, kain panjang jalan *maunya lampu mati hidup mati
hidup*)
(pemain masih terlihat
saling menyalahkan)
Lea: "Kalo
aku tau bakal jadi kaya gini, lebih baik nggak usah ada rencana membangun
gedung. Bullshit!!" (bahasa Sunda)
Jay: "Heh!
Kamu bilang apa? Makanya jangan suka marah marah. Ngomong kaya kumur-kumur.
Muntah!!!" (bahasa Jawa Tengah)
Andre: "Hah!
Apa apaan kalian!! Nggak jelas!!!" (bahasa Madura)
Rena: "kalian
ngomong apa? Aku nggak ngerti! Dasar gila!!" (bahasa Mandarin)
Danu: "Ah!!
Bubar..bubar!! Udah semakin nggak jelas!!" (bahasa Korea)
Orang-orang
berlalu lalang mengucapkan bahasa masing masing. (di sini pemeran pedamping
masuk sendiri atau berpasangan, ngomong apa pun terserah. dengan bahasa yang berbeda-beda.)
(note: Bisa masuk kemudian
menghampiri Lea/Rena / Andre / Jay / Danu, bisa seolah-olah sebagai suami/istrinya,
bisa juga seolah-olah adalah teman / anggota Danu)
Suami Lea menghampiri
Lea: "(ngomong apa pun pakai bahasa selain yg sudah ada dan selain bahasa indonesia)"
Lea: "Apa
sih? Kamu ngomong apa? Aku nggak ngerti!" (bahasa Sunda sambil meninggalkan suaminya)
Dst...... Menyesuaikan
berapa pemain. (improvisasi masing-masing)
Narasi : kejadian
(menara babel)
Tambahan narasi
dari koordinator mengenai pentingnya kembali kepada kehendak Allah, kembali kepada kasih mula-mula. Pemberian kepada Tuhan bukan sekadar besar atau kecil nilainya, melainkan kebersamaan, kesatuan hati
Bisa saja ditambahkan penutup dengan persembahan pujian.